KETIKA KREATIFITAS MULAI TERKEKANG

Bandung sebagai kota yang penuh dengan kreatifitas, menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersendiri. Kreatifitas yang tampak mulai dari fashion, seni hingga budaya. Salah satu kreatifitas yang paling menonjol adalah musik, kota Bandung sejak dulu sudah di kenal dengan gudangnya pemusik. Di kota ini banyak melahirkan musisi-musisi handal dan terkenal se-Indonesia. Tak terkecuali dengan pergerakan musik indie di Indonesia, Bandung menjadi salah satu penghasil band-band indie yang di kenal oleh banyak orang, dan dijadikan barometer pergerakan musik independent scene di Indonesia. Namun, citra Bandung seperti itu terlihat akan pudar. Kreatifitas band-band lokal Bandung semakin terkekang dan sulit untuk berkembang. Salah satu penyebabnya dapat dikarenakan semakin sedikitnya ruang untuk mengembangkan kreatifitas mereka. Pasca kerusuhan tanggal 9 Februari 2008 yang menelan korban tewas, ruang kreatifitas semakin terkekang, pergerakan musik lokal pun semakin lambat. Terlihat timpang ketika di tahun 2007 hampir setiap minggu tidak pernah sepi dari event musik lokal, namun ketika di tahun 2008 event musik lokal semakin langka. Dampaknya banyak band baru yang memiliki potensi yang bagus, kesulitan untuk mendengarkan karyanya kepada para penikmat musik, sehingga mereka hanya memainkan musiknya di dalam studio ataupun ruang lingkup yang sangat kecil. Hal itu membuat pergerakan musik lokal di Bandung hanya jalan di tempat.

Pihak pemerintah daerah serta pihak kepolisian seakan-akan tidak peka melihat kondisi itu. Mereka hanya mempersempit ruang kreatifitas, serta pihak kepolisian yang enggan memberi izin untuk mengadakan event musik yang serupa karena ditakutkan terjadi kerusuhan yang sama. Hal itu membuat para penyelenggara acara enggan untuk merencanakan event musik lokal, karena mereka memperkirakan akan sulit untuk mencari venue acara dan akan sulit untuk mendapat izin dari kepolisian. Kalau pun diadakan suatu event, pastinya akan banyak syarat yang harus dipenuhi. Review saja dari event "Bandung Youth Park Fest" yang dibuat oleh Gimmick, pada event itu acara dibubarkan sebelum waktu akhir yang telah ditentukan, contoh lainnya terlihat dalam event "Flight 173" yang dibuat oleh anak-anak SMA Negeri 2 Bandung, event tersebut hanya diberi izin hingga pukul 18.00 WIB. Berkaca dari 2 event tersebut, terlihat bahwa pihak pemerintah daerah dan pihak kepolisian belum sepenuhnya percaya kepada masyarakatnya untuk menyelenggarakan suatu event yang mengundang banyak masyarakat. Padahal pada event tersebut mengundang hingga ribuan pengunjung dan tidak terjadi kerusuhan yang hingga menelan korban.

Namun terlepas dari semua itu, patut diacungi jempol bagi band-band indie lokal di Bandung, mereka tetap berjuang untuk tetap berkreatifitas. Walaupun dalam sektor riil mereka sulit untuk mengembangkan kreatifitas, mereka melakukan pergerakan melalui dunia maya, banyak band-band lokal yang menunjukkan hasil kreatifitasnya dalam web, contohnya saja dalam web myspace.com. Cara tersebut cukup ampuh untuk tetap bertahan di independent scene ini. Tak hanya dalam negeri, tetapi hasil kreatifitas mereka didengarkan hingga ke luar negeri. Tidak sedikit band yang mengedarkan album atau mini albumnya di negara-negara Asia hingga Eropa, serta ada pun band-band yang masuk dalam kompilasi dari record luar negeri. Hingga ada beberapa band indie lokal yang diundang untuk perform di luar negeri dan respon yang di dapat pun sangat baik.

Semua itu menandakan bahwa hasil kreatifitas band indie lokal Bandung dapat diterima oleh pihak-pihak di luar kota Bandung. Akan tetapi mengapa stakeholder internal di Kota Bandung sendiri tidak mendukung kreatifitas ini. Oleh karenanya, pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kemajuan kota Bandung, selayaknya harus mendukung kreatifitas band-band indie lokal, bukannya mengekang kreatifitas. Karena secara tidak langsung kreatifitas ini akan membawa keuntungan bagi kota Bandung baik secara fisik maupun non-fisik. Maka bagi pihak pemerintah cobalah untuk mensupport industri kreatif ini.

Tidak ada komentar: